Bahasa, Seni, dan Budaya

Rabu, 19 Agustus 2009

Ketika Purnama Lenyap

20 Mei 1971
Gemuruh angkasa mengharu biru
Pekat melekat menghias jagat
Sekonyong-konyong hujan menembus kalbu

hari itu...
Cahaya sirna tak berjejak lagi
Tanaman kecil menjerit
Mengiba hati

Seketika itu...
Jerit batinku menderu
Hatiku pilu
saat ayah diregut maut
Aku jadi takut

Tiang penyangga rumahku patah
Hilang tumpuan keluh kesah
Namun...
Purnamaku lenyap tiada noda
Rupa berseri membalut raga
Karena jiwa suci sejahtera

Lhokseumawe, 20 Des 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar