Bahasa, Seni, dan Budaya

Selasa, 18 Agustus 2009

Ayah

Ayah....
jiwamu tegar
setegar karang di samudra luas
tak bergeming
meski badai menghantam keras
sorot matamu
tajam menusuk kalbu
buatku takut menggunung seribu

Sekali waktu
halilintar tampak di wajahmu
saat menatap kursi menghias raporku
aku malu
meski engkau diam membisu

Ayah
kasih sayangmu
jadi kembang pujaanku
keteladananmu
bagai mutiara menyelimuti bumi
yang tak ada henti

Ayah
di kejauhan ini
kuberdoa pada Illahi
semoga dirimu abadi
berlimpah rahmat dalam surgawi

Lhokseumawe, Des 96

Tidak ada komentar:

Posting Komentar