Bahasa, Seni, dan Budaya

Sabtu, 03 Juli 2010

KONGRES GURU INDONESIA 2010


Menteri Pendidikan Indonesia Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh DEA
melakukan pemukulan gong menandai dimulainya Kongres Guru
Indonesia 2010 di Balai Kartini Jakarta pada Kamis (20/5)



Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Kebangkitan Nasional, Sampoerna School of Education menyelenggarakan kegiatan akbar berkenaan dengan guru,Kongres Guru Indonesia dari 20-21 Mei 2010 di Balai Kartini Jalan Gatotsubroto Jakarta yang dibuka dengan pemukulan gong oleh Menteri Pendidikan Indonesia Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh DEA pada pukul 10.20

Dalam amanatnya beliau mengajak para guru senantiasa bekerja sama mendidik siswa dengan hati nurani sehingga hasil didikan benar-benar tercapai dan berdaya guna. Tercapainya masa depan yang berkelanjutan haruslah menjadi komitmen yang mendasari kinerja guru-guru Indonesia saat bekerja sama bersama siswa untuk membangun untuk nilai-nilai, pengetahuan, dan keahlian yang dapat diterapkan untuk membangun lingkungan secara berkelanjutan, menjaga hal-hal yang bermakna untuk memastikan bahwa generasi penerus dapat menikmati hasil positif dari apa yang dikerjakan saat ini.

Sementara itu, Ketua STKIP Kebangkitan Nasional Sampoerna School of Education Prof. Dr. Paulina Pannen mengatakan bahwa Kongres Guru Indonesia yang keempat tahun 2010 mengusung tema “Preparing Educators for a Changing World: Education for Sustainable Development yang mempersiapkan guru masa depan yang berkualitas dan mampu menjadi pemimpin dalam profesinya untuk mencapai cita-cita pendidikan berkelanjutan di tanah air.

Pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan mencapai millenium development goals (MDGs) maka PBB menetapkan tahun 2005-2014 sebagai dekade pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (education for sustainable development / ESD). ESD adalah proses, perspektif, sikap, dan aksi. Proses belajar yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berdebat, diskusi, melakukan refleks , mengembangkan ide baru, bersahabat dengan bumi, dan menjaga perdamaian antar penduduknya.

Kegiatan KGI mendapat dukungan dari British Council, Basic Education Capacity Trust Fund (BEC-TF), Exxon Mobil Mobil Cepu LTD, Mercy Relief, DBS, OSU, Sida, Rambol, WWF, Seputar Indonesia, Kompas.Com. diharapkan dapat menghasilkan pemikiran-pemikiran yang berkontribusi terhadap pengembangan guru secara professional, serta peningkatan kualitas pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan di tanah air, dan memperkuat visi, misi, dan komitmen kita bersama untuk masa depan yang berkelanjutan.



Kongres Guru Indonesia yang berlangsung dua hari ini menampilkan nara sumber dari dalam dan luar negeri, di antaranya Shivani Jain Senior Programme Coordinator Networking and Capacity Building at Centre for Environment Eucation, India, Mae Chu Chang Coordinator of Indonesia Human Development Unit and Lead Education Specialist of East Asia and Pacific Regional World Bank, Man Gon Park Chairmand and Head Professor Departement of Advanced Information Science and Technology Pukyang National University Rep of Korea, Joel E Bacca Compass Schools Network, Daniel Hoinacki Program Coordinator Sustainable Communitas Program Oregon State University Extension Service, dan Kenneth J Cook Director of Sampoerna School of Education Outreach yang dilaksanakan dalam sesi parallel dan pleno. Selain itu kegiatan diskusi panel, sesi presentasi poster, workshop, dan consensus. Acara kongres berlangsung dengan 10 sidang pleno, 10 sidang paralel, 5 diskusi panel dan 5 workshop masing-masing untuk kepala sekolah, guru TK dan SD, guru SMP dan SMA, pendidik informal, dan guru sekolah kejuruan berlangsung di rungan Teater Nusa Indah, Mawar, dan Raflesia.

Pada sidang pleno pertama yang berlangsung di ruangan Teater Nusa Indah, Silvani Jain membahas topik Teaching and Learning Perspective on ESD. Pakar pendidikan India itu mengatakan bahwa belajar adalah proses penemuan sendiri akan segala sesuatu di sekitar kita. Fokus dari kualitas belajar adalah selalu belajar. Seorang guru yang baik harus menjadi seorang pembelajar yang baik juga. Dengan demikian, untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam dunia pendidikan formal, memahami belajar, apa itu belajar, dan bagaimana belajar itu berlangsung. Melalui pengalaman, seorang anak sepertinya haus untuk belajar sepanjang waktu. Oleh karenanya kita harus memberikan waktu ekstra pada siklus belajar dan menganalisanya dalam rangka strategi pembelajaran yang lebih baik. Menurut beliau, konsep pendidikan pembelajaran berkelanjutan selalu berubah sesuai kebutuhan, belajar diupayakan menciptakan manusia mampu berpikir kritis, mengubah cara berpikir dengan ESD, dan belajar untuk pengambilan keputusan bersifat sosial dan ekonomi. Dalam pelaksanaan ESD ini yang ditekankan adalah belajar bukanlah mengajar.

Pleno kedua menampilkan pembicara M Zamiel El Muttaqien dari Pondok Pesantren Annuqayah Madura dengan topik Menggerakkan Siswa Menyiapkan Masa Depan yang Berkelanjutan, Fisiyanti Harahap dari Gagasceria Bandung yang membahas Gagasceria Special Week, Pengalaman Siswa SD Gagasceria untuk Berkontribusi Aktif bagi Komunitas, dan Wahyu EN Repi dari SMA 7 Manado mengangkat topik Potensi Limbah yang Memiliki Multifungsi.

Pesantren Annuqayah menurut Muttaqien senantiasa menjalankan peran kependidikan Islam dan pengembangan masyarakat. Sinergi di antara peran kependidikan dan sosial tersebut menciptakan kerangka kelembagaan yang mampu menopang pembelajaran para siswa sehingga berorientasi pada keberlanjutan lingkungan, masyarakat, dan ekonomi. Di kelas mereka belajar teori, di luar kelas menerapkan teori dengan membuat laboratorium sederhana berdasarkan kebutuhan masyarakat sekitar, mengkaji teori yang terkait dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dengan menggerakkan siswa menerapkannya secara langsung di lapangan.

Gagasceria Special Week memberi gambaran keutuhan dan kebenaran pendidikan yang diterapkan di setiap lembaga. Anak berpartisipasi aktif dalam komunitas masyarakat dengan mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di kelas. Anak melakukan kegiatan sosial dengan tema Social Service Learning dan tema Kewirausahaan. Anak belajar dari awal, proses, dan akhir apa yang dikerjakan di lapangan. Anak belajar membaca peluang dan membuat usaha. Semua guru mata pelajaran terlibat aktif. Dengan bimbingan guru bahasa anak belajar membuat proposal, dengan guru IPS mereka belajar mengajukan peminjaman modal ke bank sekolah / koperasi, dengan guru KTK siswa belajar membuat keterampilan yang berguna, dengan guru matematika mereka belajar menghitung laba rugi dari hasil pembelajaran, dan membuat laporan dengan bimbingan guru bahasanya.
Diskusi panel Penghitungan Ecological Footprint melalui Komponen Food Footprint Remaja Kota Bandung Berdasarkan Pola Makan Sehari-hari sebagai Upaya Penyadaran Diri Terhadap Penghematan Sumber Daya Alam berlangsung di ruang Mawar 1 dengan R. Yanti Rubiyanti sebagai pembicara.

Sementara itu di sidang pleno 3 Mae Chu Chang dari World Bank mengangkat topic Supporting Teacher Reform in Indonesia. Coordinator of Indonesia Human Development Unit and Lead Education Specialist of East Asia and Pacific Regional World Bank ini menitik beratkan permasalahan yang harus jadi perhatian utama dalam dunia pendidikan tentang managemen tenaga pendidik yang dilakukan secara efektif . ini menjadi poin penting untuk mengembangkan system pendidikan nasional di Indonesia. Secara khusus beliau mengatakan ini sangat penting untuk menciptakan praktik pengajaran yang kompeten, termotivasi, dan berkualitas tinggi. Moral dan komitmen dari guru-guru di Indonesia dipengaruhi secara signifikan dengan bagaimana pemerintah mengelola system perekrutan, pelatihan awal, penempatan, pengembangan professional, mutasi, kenaikan jabatan, penghargaan, dan pengawasan baik dari sisi profesi maupun administarasi.
Man Gon Park di pleno 4 membicarakan Sustainable Human Resource Devlopment in Education. Chairmand and Head Professor Departement of Advanced Information Science and Technology Pukyang National University Rep of Korea ini memfokuskan kepada isu penting mengenai SDM di Asia Pasifik, dilemma, dan implikasinya terhadap SDM yang berkelanjutan. Masalah ini juga menekankan peran penting SDM dalam menghadapi tantangan regional menuju SDM berkelanjutan dan menghadapi perubahan yang terjadi dalam bidang demografi, pemasaran tenaga kerja, dan teknologi lingkungan.

Dalam diskusi panel 2 di ruang Mawar 1 Daniel Hoynacki, Program Coordinator Sustainable Communitas Program Oregon State University Extension Service, memberikan wawasan baru yang berguna untuk memajukan pendidikan di Indonesia di antaranya memberdayakan sumber daya professional di lingkungan untuk berkomunikasi dan mendemonstrasikan praktik pembelajaran di lingkungan nyata, memberdayakan proyek dengan komunitas untuk memajukan etika kerja, dan menawarkan pembelajaran parsial dan pembelajaran lanjutan untuk pemuda yang memiliki potensi karir dan kepemimpinan.
Di pleno 8, Daniel berbicara tentang Connecting Classroom for Sustainable Future: Insights from Research and Practice, setiap sekolah memberikan pengalaman yang beraneka, dengan ESD mereka akan difasilitasi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan membangun hubungan antar teman secara kualitas kepemimpinan. Keuntungan dari kerja sama antar komunitas dengan menggunakan komunikasi tradisional atau teknologi dapat menghasilkan sesuatu yang lebih berarti.

Sementara itu, Ida Dewa Ayu Istri Agung Darmapatni, menampilkan tema Exploring Global Sustainability Issues in the Secondary Classroom: Some Hands-on Activities for Teaching. Beliau mengulas tentang pentingnya ESD bagi dunia pendidikan saat ini. Pakar MYP Coordinator Sinarmas World Academy mengatakan bahwa penerapan ESD merupakan tugas besar dan melibatkan banyak pihak. Pendidikan formal berperan penting dalam penerapan ESD. Ada empat pilar utama untuk memulai ESD yaitu 1) meningkatakan pendidikan dasar, 2)reorientasi pendidikan yang ada menuju pengembangan yang berkelanjutan, 3)mengembangkan pemahaman dan kesadaran public, 4) pelatihan.
Beliau juga mengajak peserta dan kita semua untuk mengetahui hal-hal yang tidak mampu membimbing siswa dalam bertindak. Tetapi menu yang akan kita hidangkan , sebagai koki harus mampu mendorong siswa untuk mengambil tindakan nyata. Tindakannya haruslah berkelanjutan. Proses saling berbagi, diskusi, dan perencanaan akan mendapat peran penting bagi terlaksananya sebuah tindakan, di mana kita perlu mempertimbangkan tingkat kesulitan dan keterlibatan komunitas sekolah.

Ronald Stones OBE Director of the Green School Project dalampleno terakhir mengetengahkan sebuah model pembelajaran yang cukup menarik untuk ditindaklanjuti oleh setiap guru yang menginginkan keberhasilan dalam mendidik siswanya “ A Model for Environmental Sustainability in Education: Work in Progress. Metode yang dikemukakan sangat relevan dengan pendidik yang memiliki ketertarikan terhadap model pendidikan holistic atau yang memiliki komitmen untuk membangun keberlangsungan lingkungan alam.

Pada acara terakhir, Kenneth J Cook Director of Sampoerna School of Education Outreach selaku ketua panitia mengucapkan terima kasih pada semua guru terbaik bangsa yang telah hadir dalam Kongres Guru Indonesia keempat ini dan para nara sumber nasional dan internasional yang telah bersedia mengkaji berbagai peran yang dilakukan pendidik dalam dunia pendidikan di Indonesia yang yang terus berubah, juga atas upaya mencari dan menemukan berbagai metode dan proses terbaik yang merefleksikan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Beliau juga berharap kepada semua peserta agar membawa apa yang didapat dari kongres dan menggunakannya untuk mengkaji bagaimana peserta sebagai pendidik dapat bergerak maju menuju masa depan yang berkelanjutan.


Kongres Guru Indonesia keempat tahun 2010 ini menghasilkan consensus yang direkomendasikan antara lain :
1. Agar kosep Education of Sustainable Development (ESD) dapat diterapkan pada semua level pendidikan demi tercapainya pendidikan yang berkualitas, maka kita harus:
• Menyiapkan dan merencanakan pendanaan dan sumber daya
• Mengintegrasikan ESD ke dalam kebijakan pembangunan nasional
• Mengintegrasikan ESD ke dalam kerangka anggaran nasional
2. Kita dapat meningkatkan peran pendidikan dasar dalam penerapan ESD dengan cara:
• Mengutamakan akses terhadap pendidikan usia dini sebagai titik awal proses belajar sepanjang hayat menuju masa depan yang berkelanjutan
• Memupuk ketahanan social dan kesadaran lingkungan berdasarkan rasa saling membutuhkan dan kemampuan berpikir kritis
• Memperkuat landasan dalam aspek kehidupan melalui pengembangan rasa hormat pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Strategi yang paling tepat untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pembangunan berkelanjutan di Indonesia adalah:
• Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tujuan dari terbentuknya kehidupan yang berkelanjutan dan meningkatkan pengetahuan serta kemampuan mereka untuk berpartisipasi aktif dalam mewujudkan ESD
• Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai isu-isu yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan
• Mendorong lebih jauh peran dan kontribusi media dalam memupuk kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai isu-isu pembangunan berkelanjutan
• Melatih masyarakata agar sadar media dan mampu menganalisa pesan yang dibawanya
4. Kita dapat mengintegrasikan ESD ke dalam pelatihan, pendidikan kerjuruan, dan pelatihan kerja dengan:
• Melibatkan masyarakat sipil, sector swasta dan negeri, LSM, dan para pihak
• ESD harus menjadi bagian yang integral dalam pelatihan para pemimpin dunia usaha, industry, serikat dagang, organisasi non profit, dan sukarelawan serta layanan public
5. Kita memupuk kaum muda agar mengembangkan dan meningkatkan rasa memiliki ESD beserta isu-isu dan pertanyaan yang dibawanya dengan:
• Memastikan akses kaum muda terhadap berbagai bentuk pendidikan yang sesuai, menyediakan struktur pembelajaran alternative, menerapkan metode-metode inovatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan praktikal
• Mendirikan unit kerja yang melibatkan kaum muda, berserta organisasi kepemudaan non pemerintah, dan secara spesifik menjadikan kaum muda sebagai target terkait isu-isu kritis dunia kepemudaan
• Menjalin kerja sama dengan beragam organisasi dan kementrian yang relevan termasuk di dalamnya perwakilan kaum muda untuk mengembangkan dan menerapkan strategi dalam membuat lapangan pekerjaan alternative dan menyediakan pelatihan-pelatihan bagi kaum muda.

"Telah dimuat di SKU haba Rakyat, Langsa-Aceh Indonesia, edisi 98 Minggu Kedua Juni 2010, hlm 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar